
Baku mutu yang digunakan adalah PP Nomor 41 Tahun 1999, USEPA dan WHO. Penggunaan berbagai baku mutu udara ambien bertujuan untuk mengetahui nilai IKU yang lebih relevan dan representatif digunakan. Pada penelitian ini dilakukan uji coba rumus dengan menggunakan baku mutu yang berbeda. Mengacu kepada peraturan tersebut, dipilih 5 (lima) parameter kunci pencemar udara yaitu: CO, SO 2, NO 2, PM 10, dan O 3. Parameter yang digunakan pada rumus IKU dipilih berdasarkan pada landasan hukum yang masih berlaku di Indonesia yaitu PP41/1999 tentang pengen-dalian pencemaran udara, PermenLH no.12/2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah, dan KepMenLH No.45/1997 serta Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep-107/ Kabapedal/11/1997 yang keduanya tentang Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU). Hal ini untuk mendapatkan hasil perhitungan IKU yang dapat mencerminkan kondisi kualitas udara yang sesuai dengan kondisi sebenarnya di lapangan. From those graphics, we concluded which model we should use.ĪBSTRAK Rumus Indeks Kualitas Udara (IKU) yang akan digunakan pada perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) perlu diuji coba menggunakan data yang valid dengan jumlah data yang memenuhi batas keberterimaan persyaratan data yang ditentukan. Then, we compared the concentration of these pollutants from some variation of duration which represent the urban activity with 24-hours average concentration using paired-t test and make a graph of the ratio of variation of measurement duration and total duration (T/T24) versus the ratio of concentration from each of variant and total concentration (C/C24). At the early stages, we identified and compared the daily fluctuation of SO2, NOx, and PM10 in each type of land-use. Also, obtain a model which could be used for converting the result of measurement which duration is below than 24 hours to be an acceptable result of 24-hours measurement with consideration of the effect of duration of urban activity from each type of land-use in the area of DKI Jakarta on24-hours-average concentration of SO2, NOx, and PM10.


The objective of this research is to identify the most significant contribution from various duration of urban activity which affected diurnal concentration of SO2, NOx, and PM10. However, the 24 hours measurement often cannot be done due to weather condition or technical problem.

41 tahun 1999, some pollutants such as SO2, NOx, and PM10 must be measured for 24 hours. Ambient air quality monitoring performed to monitor the pollutants concentration level in atmosphere that might has harmful effect for human’s health.
